Menjadi seorang pendaki atau pengiat alam bebas atau olahraga aktifitas luar ruang terkadang kita terkendala dalam menjalankan kewajiban akan tetapi yang namanya wajib harus dikerjakan! hoby hanya hiasan belaka di bumi ini Akherat adalah abadi. Maka jika kamu sedang mendaki khususnya kerjakan sholat!
Baca Juga: 5 Jalur Pendakian Gunung Rinjani, Yang Siap Kamu Coba
Ketika kita melakukan pendakian tentu mendirikan sholat lima waktu akan mengalami kendala, untuk bagi kamu para pendaki ini ada beberapa tips sholat ketika kita mendaki gunung. Untuk mendirikan sholat yang utama adalah berwudhu , bagaimana jika dalam perjalanan saat menuju lokasi tentunya kita kadang-kadang susah menemukan air oleh karena itu Tayamum adalah langkah yang kita ambil, Bagaimana cara Tayamum yang baik dan benar? berikut yang bisa sobat gunung simak:
- Membaca niat ”Nawaitut-tayammuma li istibaahatish-shaalati fardhal lillahi ta’aalaa”
- Meletakkan kedua telapak tangan pada benda atau tempat yang berdebu bersih
- Kemudian kedua telapak tangan ditiup atau ditepukkan kemudian mengusap punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri begitu pun sebaliknya
- Kemudian menyapu atau mengusap wajah dengan kedua telapak tangan.
- Semua usapan dilakukan sekali.
- Sholat menghadap arah Kiblat, untuk menentukan arah ada beberapa metode yang bisa kamu terapkan sobat gunung yaitu:
Tips Menentukan arah kiblat waktu mendaki gunung:
- Hal yang pertama karena kita dialam tentunya matahari adalah patokan utama kita bisa mengira-ngira dari cahaya matahari sebagai penentu arah kiblat.
- Tips yang berikutnya adalah dengan melihat bayang2 kita untuk menentukan arah kiblat
- Selanjutnya adalah dengan melihat lumut yang tumbuh di pepohonan, Bagian sisi batang pohon yg tumbuh lumut kering terkena sinar panas matahari menunjukkan sisi bagian barat sebab bagian sisi ini sepanjang hari terkena terik panas sinar matahari sampai matahari terbenam dan juga disisi ini kalo dipegang pada malam hari terasa hangat(bagian ini bisa jadi patokan jalan ketika tersesat dalam dihutan lo gaes).
- Pakai Aplikasi , bisa pilih sesuka kamu ia mau yang mana
- Terakhir adalah pakai Kompas tentunya, salah satu alat penentu arah yang akurat.
Setelah semua sudah dari berwudhu dan menentukan kiblat lankah selanjutnya sobat gunung bisa langsung mengerjakan atau mendirikan sholat. Kadang kala ada yang menanyakan apakah saat mendaki gunung sholat kita bisa di Jama’ Qashar? perlu sobat gunung pahami bahwasanya kedua hal ini berbeda.
Baca Juga: Deretan Curug (Air Terjun) di Bogor, Sumpah Kece-Kece Banget!
Pertama: Hukum qashar
Hukum qashar terkait dengan safar (melakukan perjalanan), atau dengan kata lain: qashar identik dengan safar. Artinya, ketika orang ber-safar maka disyariatkan untuk meng-qashar shalatnya. Hanya saja, ulama berbeda pendapat tentang hukum qashar ketika safar. Ada yang mengatakan wajib, ada yang mengatakan bahwa hukum qashar adalah sunnah muakkad, dan ada juga yang berpendapat bahwa hukum qashar adalah mubah.
Intinya, semua sepakat bahwa orang yang boleh meng-qashar shalat adalah musafir. Dalil akan hal ini adalah:
a. Dari Ibnu Umar, beliau mengatakan, “Saya sering menyertai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan, dan beliau melaksanakan shalat tidak lebih dari dua rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
b. Ibnu Abbas mengatakan, “Sesungguhnya, Allah mewajibkan shalat melalui lisan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; untuk musafir: 2 rakaat, untuk mukim: 4 rakaat, dan shalat khauf (ketika perang) dengan 1 rakaat.” (HR. Muslim).
Adapun rincian hukum qashar, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Hanya untuk shalat yang jumlahnya 4 rakaat, yaitu: Zuhur, Asar, dan Isya.
b. Jika musafir bermakmum pada orang yang mukim, maka dia mengikuti imam sampai selesai dan tidak boleh qashar.
c. Tidak perlu melaksanakan shalat ba’diyah.
Kedua: Hukum jamak
Hukum asal pelaksanaan shalat adalah dikerjakan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Namun, jika ada sebab tertentu, sehingga seseorang harus menjamak shalatnya maka hal itu diperbolehkan. Batasannya adalah: selama ada sebab yang mengakibat seseorang kesulitan untuk melaksanakan shalat sesuai waktunya maka dia diperbolehkan untuk menjamak shalatnya.
Di antara penyebab bolehnya men-jamak shalat adalah safar. Dengan demikian, orang yang safar, diperbolehkan untuk melaksanakan shalat dengan jamak-qashar.
Di antara aturan jamak adalah:
a. Hanya boleh untuk pasangan: Zuhur-Asar atau Maghrib-Isya.
b. Khusus untuk orang yang hendak safar:
- Jika berangkat safar sebelum shalat yang pertama, maka sebaiknya menjamak shalat di akhir waktu (jamak ta’khir). Misalnya: Jika berangkat sebelum Zuhur, maka shalat Zuhur dan Asar di-jamak di waktu Asar.
- Jika berangkatnya sesudah shalat pertama maka sebaiknya men-jamak shalat di awal waktu. Misalnya: Jika berangkat setelah Zuhur, maka shalat Asarnya dilakukan di waktu Zuhur.
Berkaitan dengan Sholat kadang kala kita di gunung susah cari air buat minum saja susah kadang-kadang namun disisi lain kita dihadapkan dengan setoran dikala pagi yaitu buang air besar, untuk hal ini jika air yang kita bawa tdk mencukupi atau sudah mendapatkan air disekitar tempat boker bisa menggunakan kayu kering, batu, daun kering untuk alat pembersih saat buang air besar, jangan pakai tisu basah ia Broo karena tisu sangat lama terurai bisa baca disini Berapa Lama Sampah Terurai? Pendaki Wajib Baca !
Permasalah yang kedua adalah saat kita mimpi basah, hal ini memang sulit untuk di hindari karena kita tidak tahu kapan kita akan mimpi basah jika hal ini terjadi kamu tak perlu mandi wajib sob karena gunung itu dingin karena jika kamu mandi bisa membawa kamu ke sisi negatif yaitu bisa bisa kedingin akhirnya sakit, hal yang bisa kamu lakukan adalah Tayamum saja untuk menghilangkan hadast kecil & besar.
Baca Juga: Misteri Telaga Sarangan, Danau Ekstotis di Kaki Gunung Lawu
Mungkin coretan diatas bisa menjadi bahan runjukan atau sebagai panduan ketika kamu mendaki bagaiman sih cara sholat dan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan sebelum sholat di alam bebas. Semoga bermanfaat ia sob.