Gunung karangetang setiap hari mengeluarkan material piroklastik yang keluar dari dua puncak Gunung Karangetang menjadi pemandangan luar biasa bagi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
Baca Juga: Gunung Binaiya, Salah Satu Seven Summits Of Indonesia
Tak jarang, terdengar juga samar-samar deru suara dari gunung yang konon pernah dibaptis itu. Ya, itu istimewanya Gunung Karangetang. Membahayakan namun memikat. Bahkan menjadi potensi wisata vulkanologi.
“Waktu erupsi Febuari itu ada yang langsung buka wisata vulkanologi. Jadi kalau berminat melihat lelehan itu ke sana. Yang mengembangkan daerah (lewat wisata vulkanologi) kami sangat dukung jadi bisa mulai dari desa wisata di sana,” kata Bupati Sitaro Evangelian Sasingen kepada media.
Lalu bagaimana keamanannya? Penyelidik Bumi Muda PVMBG Gunung Karangetang Ugan Saing mengimbau wisatawan yang datang untuk memperhatikan rekomendasi jarak aman pemantauan.
“Dalam radius 2.5 m pusat erupsi atau puncak dari kawah utama dan kawah selatan itu adalah wilayah steril yang tanpa ada penduduk pendaki wisatawan. Yang sektoral barat laut utara itu daerah Batu Bulan antara sungai Batu Are dan Samuang itu juga 4 km harus steril dari penduduk. Sepanjang mereka berada di wilayah rekomendasi kita aman,”
“Di samping itu kalau terjadi guguran lava abu masyarakat yang terpapar segera saja menggunakan masker agar tak terkena gangguan ispa,” imbaunya. Ugan mendukung adanya wisata vulkanologi Gunung Karangetang. Makanya dia menyarankan tempat terbaik untuk menikmati momen dramatis melihat lelehan lava Gunung Karangetang.
“Kalau wisatawan bisa nikmati Gunung Karangetang pada malam hari guguran lava dari sudut tertentu. Ini bisa dilihat dari daerah barat, Kampung Kinali,” tandasnya. Sebagai informasi, gunung ini terakhir erupsi pada akhir 2018 dan setelah itu status siaga diberlakukan. Berbeda dengan gunung api kebanyakan, karakteristik Gunung Karangetang unik yaitu sifatnya erupsi efusif. Gunung ini mengeluarkan lava dari kawah dan lavanya itu gugur dari puncak.
Guguran itu kemudian di titik tertentu menumpuk lagi di ujung itu bisa terjadi guguran lanjutan. Sampai saat ini belum ada prediksi yang pasti terkait aktivitas gunung tersebut.