Mitos Mitos Gunung Lawu, Pendaki Wajib Baca!

oleh
oleh
Via @rh.fadil

Gunung lawu memang memiliki dari tarik tersendiri bagi sebagian para pendaki pada khususnya karena gunung satu ini adalah menu wajib yang harus didaki, salah satu daya tarik gunung satu ini adalah banyaknya misteri lawu yang konon merupakan tempat semedinya Raja Brawijaya ke V.

Baca Juga: Candi Cetho, Wisata Mistis dan Romantis di Lereng Gunung Lawu

Kemistisan gunung lawu juga didukung dengan adanya petilasan dua candi yang menjadi saksi bahwa di lereng gunung lawu menjadi tempat pemujaan kala itu, dua candi tersebut adalah Candi Cetho dan Candi Sukuh yang berada di Kabupaten Karanganyar, sisi barat gunung lawu.

Baca Juga: Misteri Telaga Sarangan, Danau Ekstotis di Kaki Gunung Lawu

Digunung lawu juga terdapat sebuah kawasan dikenal dengan pasar ghoib atau pasar setan, Dengan segala mitos yang ada dan segala keindahan yang dimilikinya, praktis gunung lawu menjadi salah satu gunung yang sangat populer di Indonesia khususnya bagi para pendaki apalagi yang suka hal-hal mistis. Perlu sobat gunung tahu di bulan asura gunung lawu menjadi pasar karena banyak warga sekitar yang ngumbah gaman di beberapa sumber di gunung lawu.

Hal hal yang tidak masuk akal yang kerap lekat dengan gunung lawu menjadi omongan bagi masyarakat sekitar bahkan bagi kalangan pendaki, hal tersebut akhirnya dikaitkan dengan mitos -mitos soal gunung lawu. Lalu apa saja sih mitos mitos yang menyelimuti lawu? Berikut ulasannya:

  • Adanya Pasar Setan di Gunung Lawu
Foto:AFP/Getty Image

Pasar setan di gunung lawu berada di pos 5, saat kamu melintas pos 5 via cemoro kandang jika ada suara dengan nada ”beli apa dik” menurut cerita pendaki harus menjawab dan membeli barang seakan sekan membeli dengan cara ambil barang yang ada didekat kita misalnya tanah, daun, ranting dan meliparkan uang ke arah suara tadi.

  • Dilarang Berbicara Aneh Saat Mendaki Lawu
Foto: @_dawaisenja_

Karena lawu sangat terkenal dengan keangkerannya maka saat mendaki dilarang berbicara yang aneh-aneh, dari cerita yang beredar lawu memiliki ruh atau jiwa, jadi lawu seakan akan hidup bisa mendengar semua suara yang ada di kawasan lawu termasuk orang-orang yang mendaki di lawu maka dari itu harus menjaga omongan saat trekking lawu menjaga agar tidak terjadi apa-apa selama trekking.

Biasanya pendaki suka mengeluh seperti mengelurkan kata-kata capek, tidak kuat, lemes dan kata-kata lainnya. Dengan mengeluarkan kata-kata tersebut percaya tidak percaya akan menjadi nyata, yang tadinya tidak capek akhirnya terasa capek banget, tadinya biasa saja eh malah lemes. Jadi disini memang perlu dijaga perihal omongan saat mendaki gunung lawu.

  • Di Larang Paki Baju Ijo Saat Mendaki Lawu
Via @lawuviasingolangu

Pendaki yang memakai baju hijau muda sebenarnya tidak salah namun mitos tersebut memang keluar dari orang tua dulu sehingga kita harus menghargai kearifan budaya lokal,  seperti hanya jika kamu berwisata ke pantai selatan terutama parang tritis pasti hal serupa masih dilarang untuk dikenakan di area pantai.

Mitos yang beredar bahwanya bagi pendaki yang melakukan pendakian gunung lawu jika memakai ijo daun ditakutkan tidak bisa pulang karena menyerupai warna hutan lawu yang lebat dan hijau. Sangat disarankan untuk memakai warna lain agar yang bersangkutan tetap selamat sampai tujuan dan tempat tinggalnya, dikala jika pendaki hilang atau tersesat memakai pakaian warna ijo sulit untuk mencari maka disarankan untuk pakai baju warna lain.

  • Jalak Gading Penunjuk Arah
Foto: @dgoreinnamah

Jalak Gading adalah salah satu hewan khas yang ada di Gunung Lawu. Dan si burung satu ini juga sering dikaitkan dengan mitos soal Lawu. Katanya nih, barang siapa bertemu dengan burung Jalak Gading saat mendaki maka itu adalah pertanda yang baik. Jalak gading juga sering memberikan pentujuk ketika kamu sedang tersesat di Lawu.

Sebaliknya, jika tidak bertemu dengan burung tersebut mungkin keadaannya bakal sangat tidak terduga. Bisa jadi baik-baik saja, tapi sering pula tidak demikian. Katanya, burung satu ini hanya akan muncul jika hati para pendakinya tulus. Maksudnya datang ke gunung dengan niat baik dan tidak merusak, misalkan memetik Edelweis yang ada di puncaknya.

  • Usahakan Mendaki dengan Jumlah Genap

 

Foto:@agus17slim

Sebelum memastikan untuk mendaki ke Gunung Lawu, alangkah baiknya jika diperhatikan dulu soal jumlah personil yang bakal berangkat. Usahakan jumlahnya selalu genap berapa pun itu. Pasalnya nih, kalau yang mendaki jumlahnya ganjil maka akan terjadi kesialan.

Memang terdengar seperti hal yang mustahil ya, tapi pada kenyataannya hal tersebut sering terjadi. Ketika satu rombongan berangkat dengan jumlah ganjil, mereka pasti mengalami hambatan. Entah satu orang tersesat, terkilir, dan lain sebagainya.

  • Mitos Kupu-Kupu Hitam Bersayap Mata Biru
Ilustrasi Kupu Kupu di Gunung lawu via @ana.rosita1991

Selain Jalak Gading, ada satu lagi hewan yang kental dengan mitos Lawu. Hewan ini adalah kupu-kupu hitam dengan sayapnya yang bergambar mata biru. Mitosnya nih, barang siapa ketika mendaki Lawu kemudian menemukan salah satu di antara kupu-kupu itu, maka berarti ia sangat disambut.

Jika tidak bertemu tidak masalah juga, karena menurut orang-orang sekitar kupu-kupu ini adalah tanda kebaikan bukan sebaliknya. Lalu, ketika bertemu dengan si kupu-kupu usahakan tidak berbuat apa pun. Misalnya menangkap atau bahkan melemparinya. Jika hal tersebut dilakukan, maka bersiaplah untuk sesuatu yang sangat buruk.

Berbicara mitos memang percaya setengah tidak percaya namun kadang-kadang mitos juga terjadi nyata. Tapi, bagi kamu yang benar-benar pengen ke sini memang ada baiknya mengindahkan soal mitos tersebut. Bukan karena percaya, mungkin lebih untuk berjaga-jaga saja. Hal itu juga sebagai wujud kita menghormati kearifan loka budaya setempat atau menaati peraturan-peraturan yang sudah jadi pakem di sana. Intinya, kita bisa mendaki dengan hati senang tanpa terganggu dengan hal-hal tertentu. Tapi bagi sobat gunung yang tidak percaya akan hal mitos gunung lawu juga tidak apa-apa hal terpenting saat mendaki lawu harus mendapatkan izin dari orang rumah serta membawa peralatan yang safety.

Kurang lebih demikian mitos gunung lawu, semoga info sedikit ini dapat memberi gambaran tentang misteri gunung lawu sehingga saat hendak mendaki lawu lebih mempersiapkan diri sejak dini, ingat selalu jaga alam dengan cara membawa sampah kita turun dan tidak berbuat vadalisme mari jaga bareng gunung lawu tercinta agar kelak anak dan cucu-cucu kita juga bisa menikmatinya seperti apa yang kita rasakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.